Jumat, 03 April 2015

Analisis Film "Cahaya Dari Timur: Beta Maluku"


Film ini menceritankan tentang  bagaimana Sani Tawainella sebagai tukang ojek waktu konflik agama diambon, anak-anak disana pun sering melihat kerusuhan yang terjadi disana. Di tengah konflik yang memanas itu, Sani ingin sekali menyelamatkan anak-anak untuk melatih sepak bola kepada mereka supaya tidak melihat kerusuhan lagi. Sani pun dihadapkan pada pilihan antara keluarga atau sepak bola. Sampai Sani ditugaskan untuk membawa tim sepak bola yang dibentuknya mewakili Maluku di kejuaraan Nasional. Tim yang dibawa pun mengalami perpecahan, di titik inilah Sani harus memutar otak untuk mebaurkan timnya yang berbeda agama dan melupakan trauma yang terjadi pada timnya tersebut. Film ini kemudian mencapai titik balik di ruang ganti menuju babak 2 pertandingan kedua. Disinilah kemudian muncul soal “Beta Maluku!”
Bagian ini sungguh menggugah jiwa, khususnya pada bagian ‘beta bukan tulehu, bukan passo, bukan Kristen, bukan Islam, tapi beta Maluku. Benar-benar sangat menggugah jiwa nasionalisme. Sekali lagi, jangan pandang ini sebagai kedaerahan, pandanglah dari sisi yang lebih universal bahwa kita tidak terbatas pada suku dan agama, tapi pada sesuatu yang lebih besar yang kita bela, yaitu Maluku.

Ya pokonya, film “Cahaya Dari Timur: Beta Maluku” Walaupun megangkat tema sepak bola. Film ini menceritakan kembali konflik agama di Maluku pada tahun 2000. Selain itu juga kita dapat mempelajari bahasa dan budaya daerah Maluku dan melihat keindahan pantai di Maluku. Kalau ingin lebih jelas lagi tentang film ini, segeralah menonton Cahaya Dari Timur: Beta Maluku.