1.
Kegiatan Menulis Sebagai Proses Bernalar
Menulis merupakan suatu pengungkapan pikiran yang
dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide yang dituangkan oleh si penulis
dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan atau pun imajinasi dari si
penulis. Tidak hanya dalam bentuk tulisan yang berisi pengetahuan formal, tapi
juga dapat berupa sebuah tulisan yang merupakan bagian dari inspirasi
seseorang. Tidak harus berisi pendidikan, menulis juga dapat dituangkan dalam
sebuah tulisan biasa sebagai hasil dari buah pikir setiap orang. Menulis
merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan
baik itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari
topiknya terlebih dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus
berfikir, maka pada saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah
melakukan proses penalaran.
Menulis bukan hal yang sederhana, tetapi juga bukan hal
yang berat. Menulis memerlukan perhatian yang serius dan totalitas pada saat
menulis atau menuangkan gagasan dalam tulisan. Menulis adalah proses bernalar
dimana sebelum menuangkan ide-idenya harus berfikir atau bernalar.
Novel, cerpen, puisi, serta pantun adalah beberapa bentuk
tulisan dari buah karya seseorang yang dikembangkan sedemikian rupa sebagai
hasil dari inspirasi yang mereka miliki. Setiap hari kita selalu menggunakan
otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan menit kita menggunakan otak
kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka dalam benak kita akan akan
timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang hadirnya tidak secara
nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir
vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
2.
Aspek Penalaran dalam Karya Tulis Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan
kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir
penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5
aspek. Kelima aspek tersebut adalah :
1. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu
dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan
ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan
bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus
didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal
yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola
pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara
umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai
untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap.
Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai
penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta,
analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal
yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan),
pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola
penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu
pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak
yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut?
baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar
dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar
keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
3.
Penalaran Induktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu proses
berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan yang
khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat diterima.
Contoh :
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates adalah seorang manusia (premis minor)
Scorates pasti mati (kesimpulan)
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
:
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai
semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari
gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara,
atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian,
pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari
berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap,
penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu. Beberapa contoh penalaran induktif
dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
· Berdasarkan pengalaman, seorang ibu
dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa
lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
· Berdasarkan pengamatannya, seorang
ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah,
rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya
melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua
binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran
2.
Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa
atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah
kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di
antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu
hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang
digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah
sebagai berikut:
· Dalam riset medis, para peneliti
mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti
tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis
dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan
uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
·
Dr. Maria C. Diamond, seorang
profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh
pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak
yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah
hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan
pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi
hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil
kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
·
Dalam contoh penelitian tersebut,
Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi
pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.
3.
Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab
akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua
peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak
ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
· Ketika seorang ibu melihat awan
tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya.
Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah
pertanda akan turun hujan (akibat).
·
Seorang petani menanam berbagai
jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia
beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan
mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da
dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa
biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
4.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu proses
berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan yang
khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat diterima.
Contoh :
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates adalah seorang manusia (premis minor)
Scorates pasti mati (kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Dikatakan penarikan kesimpulan secara langsung bila ditarik
dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak
langsung.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan
dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan
yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung
didalamnya.Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni:
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah
proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term
mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear
bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term
minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau
menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu.
Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh
kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya. Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir
2.
Entinem
Entiem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan
bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari
orang yang sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang
yang kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem,
maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah
orang yang sedang kesusahan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar