Minggu, 29 Oktober 2017

Audit Sistem Informasi

1.      Pengertian Audit Sistem Informasi
 Audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti – bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat mengamankan aset, memelihara integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan menggunakan sumberdaya secara efisien”. Ron Weber (1999,10) mengemukakan bahwa audit sistem informasi adalah :
Information systems auditing is the process of collecting and evaluating evidence to determine whether a computer system safeguards assets, maintains data integrity, allows organizational goals to be achieved effectively, and uses resources efficiently”.

2.      Tahapan Audit Sistem Informasi
Tahapan audit menurut Gallegos. Dalam bukunya, “Audit and Control of Information System” yang mencakup beberapa aktivitas, yaitu :
1.      Perencanaan (Planning)
    Tahap perencanaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan ruang lingkup (scope), objek yang akan diaudit, standard evaluasi dari hasil audit dan komunikasi dengan managen pada organisasi yang bersangkutan dengan menganalisa visi, misi, sasaran dan tujuan objek yang diteliti serta strategi, kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengolahan investigasi. Perencanaan meliputi beberapa aktivitas utama, yaitu:
·         Penetapan ruang lingkup dan tujuan audit
·          Pengorganisasian tim audit
·          Pemahaman mengenai operasi bisnis klien
·         Kaji ulang hasil audit sebelumnya
·         Penyiapan program audit
2.      Pemeriksaan Lapangan (Field Work)
     Tahap ini yang akan dilakukan adalah pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan pihak-pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapan berbagai metode pengumpulan data yaitu: wawancara, quesioner ataupun melakukan survey ke lokasi penelitian.
3.      Pelaporan (Reporting)
   Setelah proses pengumpulan data, maka akan didapat data yang akan diproses untuk dihitung berdasarkan perhitungan maturity level. Pada tahap ini yang akan dilakukan memberikan informasi berupa hasil-hasil dari audit. Perhitungan maturity level dilakukan mengacu pada hasil wawancara, survey dan rekapitulasi hasil penyebaran quesioner. Berdasarkan hasil maturity level yang mencerminkan kinerja saat ini (current maturity level) dan kinerja standard atau ideal yang diharapkan akan menjadi acuan untuk selanjutnya dilakukan analisis kesenjangan (gap). Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kesenjangan (gap) serta mengetahui apa yang menyebabkan adanya gap tersebut.

4.      Tindak Lanjut (Follow Up)
   Tahap ini yang dilakukan adalah memberikan laporan hasil audit berupa rekomendasi tindakan perbaikan kepada pihak managemen objek yang diteliti, untuk selanjutnya wewenang perbaikan menjadi tanggung jawab managemen objek yang diteliti apakah akan diterapkan atau hanya menjadi acuhan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Menurut Weber (2001), tahapan-tahapan audit sistem informasi terdiri dari:

1.      Investigasi dan Penyelidikan Awal
Merupakan tahapan pertama dalam audit bagi auditor eksternal yang berarti menyelidiki dari awal atau melanjutkan yang ada unutk menentukan apakah pemeriksaan tersebut dapat diterima, penempatan staf audit yang sesuai melaukan pengecekan informasi latar belakang klien, mengerti kewajiban utama dari klien dan mengidentifikasi area resiko.

2.      Pengujian atas Control (Tests of Controls)
Tahap ini dimulai dengan pemfokusan pada pengendalian menegemen, apabila hasil yang ada tidak sesuai dengan harapan, maka pengendalian manegemen tidak berjalan sebagai mana mestinya. Apabila auditor menemukan kesalahan yang serius pada pengendalian manegemen, maka mereka akan mengemukakan opini atau mengambil keputusan dalam pengujian transaksi dan saldo untuk hasilnya.

3.      Pengujian atas Transaksi (Tests of Transaction)
Pengujian yang termasuk adalah pengecekan jurnal yang masuk dari dokumen utama, menguji nilai kekayaan dan ketepatan komputasi. Komputer sangat berguna dalam pengujian ini dan auditor dapat mengunakan software audit yang umum untuk mengecek apakah pembayaran bunya dari bank telak dikalkulasi secara tepat.

4.       Pengujian atas Keseimbangan atau Hasill Keseluruhan (Tests of Balances or Overall Results)
Auditor melakukan pengujian ini agar bukti penting dalam penilaian akhir kehilangan atau pencatatan yang keliru yang menyebabkan fungsi sistem informasi gagal dalam memelihara data secara keseluruhan dan mencapai sistem yang efekti dan efesien. Dengan kata lain, dalam tahap ini mementingkan pengamatan asset dan integritas data yang obyektif.

5.      Penyelesaian Audit (Completion of The Audit)
Tahap terakhir ini, auditor eksternal melakukan beberapa pengujian tambahan untuk mengoleksi bukti untuk ditutup dengan memberikan pernyataan pendapat.

3.      Tujuan Audit Sistem Informasi
Tujuan audit sistem informasi menurut Ron Weber (1999:11-13) secara garis besar terbagi menjadi empat tahap, yaitu:
1.      Pengamanan Aset
Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), sumber daya manusia, file data harus dijaga oleh suatu sistem pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset perusahaan. Dengan demikian sistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

2.      Menjaga integritas data
Integritas data (data integrity) adalah salah satu konsep dasar sistem inforamasi. Data memeiliki atribut-atribut tertentu seperti: kelengkapan, keberanaran, dan keakuratan. Jika integritas data tidak terpalihara, maka suatu perusahaan tidak akan lagi memilki hasil atau laporan yang beanr bahkan perusahaan dapat menderita kerugian
3.      Efektifitas Sistem
Efektifitas sistem informasi perusahaan melikiki peranan pentigndalam proses pemgambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem informasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan user
4.       Efisiensi Sistem
Efisiensi menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak lagi memilki kapasitas yang memadai atau harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi yang minimal.

4.      Standar Audit
Standar Audit yang umum digunakan adalah standar yang diterbitkan oleh ISACA(InformationSystemsAudit and Control Association) : 
·         Audit Charter
o   Tujuan, tanggung jawab, wewenang dan pertanggungjawaban atas fungsi audit sistem informasi atau penugasan audit sistem informasi harus didokumentasikan dalam audit charter atau surat penugasan.
o   Audit charter atau surat penugasan harus disetujui dan disahkan oleh pejabat yang berwenang
·         Independesi
o   Independensi Profesional : Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, auditor harus independen dari audit baik secara fakta maupun penampilan
o   Independensi Organisasi : Fungsi audit sistem informasi harus independen dari area atau kegiatan yang direview agar diperoleh penyelesaian penugasan audit yang objektif.
·         Etika dan standar profesional
o   Auditor sistem informasi harus menaati kode etik dari ISACA dalam melakukan penugasan audit
o   Auditor sistem informasi harus melakukan kecermatan profesional dalam melakukan audit termasuk ketaatan pada standar audit
·         Kompetensi profesional
o   Auditor sistem informasi harus kompeten secara profesional dan harus mempunyai keahlian untuk melakukan penugasan audit
o   Auditor sistem informasi harus memelihara kompetensi profesionalnya melalui pendidikan dan latihan berkelanjutan.
·         Perencanaan
o   Merencanakan lingkup audit yang diarahkan pada tujuan audit dan patuh terhadap peraturan yang berlaku serta standar audit
o   Mengembangkan dan mendokumentasikan pendekatan audit yang berbasis resiko
o   Mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan audit secara detail, meliputi sifat dan tujuan audit, waktu dan perluasan serta tujuan dan sumber daya yang diminta
o   Mengembangkan program audit dan perencanaan serta rincian dari sifat, waktu dan perluasan prosedur audit yang diminta untuk menyelesaikan tugas audit
·         Kinerja Audit
o   Pengawasan - staf audit sistem informasi harus diawasi agar diperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan audit dicapai dan standar audit diikuti
o   Bukti audit - selama melakukan audit, auditor harus mengumpulkan bukti audit yang cukup, andal dan berkaitan dengan pencapaian tujuan audit. Temuan dan kesimpulan harus didukung oleh analisis dan penafsiran bukti yang memadai
o   Dokumentasi (kertas kerja pemeriksaan) - seluruh kerja audit harus didokumentasikan untuk memberikan penjelasan mengenai semua langkah audit dan menyajikan bukti audit yang mendukung semua temuan serta kesimpulan audit.
·         Pelaporan
o   Pada waktu audit telah selesai, auditor harus membuat laporan dalam bentuk yang tepat dan dalam pendistribusiannya harus diidentifikasi organisasi mana saja yang dapat diberikan dan mana yang tidak
o   Laporan audit harus berisi lingkup, tujuan, periode yang dicakup, sifat, waktu dan perluasan pemeriksaan yang dilaksanakan
o   Laporan audit harus berisi temuan, kesimpulan dan rekomendasi serta pembatasan atau pengecualian lingkup audit yang ada
o   Auditor harus mempunyai bukti yang cukup dan pantas untuk mendukung hasil auditnya
o   Ketika diterbitkan, laporan audit harus ditandatangani, diberi tanggal dan dibagikan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam surat penugasan
·         Follow-up activity
o   Sesudah laporan diberikan, auditor harus menerima informasi mengenai tindak koreksi yang telah dilakukan atas rekomendasi yang diberikan dalam waktu yang tepat
5.      Manajemen Risiko
Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.
1.      Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
2.      Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk ‘mengukur’ risiko tersebut.
3.      Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar